Bencana dan Bencana Lagi

Bencana dan Bencana Lagi
Oleh Irwan Pachrozi


Masya Allah, bencana terjadi lagi! Kali ini yang tertimpa musibah adalah Sumatera Barat, tepatnya di Padang Pariaman dan Kota Padang. Mungkin, ada diantara kita yang tertegun dan tidak habis pikir, mengapa begitu banyak bencana menimpa bangsa ini. Sepertinya, bencana sudah begitu akrab bersama kita, lengket seperti prangko dan amplop.

Menurut BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika), gempa terjadi pada episentrum 0,84 LS dan 99,65 BT. Pusat gempa berada pada 57 km barat laut kota Padang Pariaman pada kedalaman 71 km. Gempa tercatat terjadi pada pukul 17.16 WIB pada hari Rabu, 30 September 2009.


Kata para ahli kegempaan, bencana di 7,6 SR di pesisir barat Pulau Sumatera ini adalah sebagai akibat dari pertemuan lempeng tektonik Samudra Hindia, di bawah lempeng Asia di Pantai Barat Sumatera. Celakanya, P. Sumatera adalah salah satu pulau yang ada di Indonesia yang dilewati lempeng tersebut. Jadi, bencana gempa bumi tektonik tersebut adalah suatu keniscayaan yang tak dapat dihindari. Dengan kata lain, terima aja deh apa pun yang terjadi. Wah!!

Nah, di sinilah susahnya jadi rakyat di negeri yang gemah ripah loh jinawi ini. Setiap kali bencana, rakyat begitu keteteran dan pontang panting. Harta hancur dan ditambah dengan berbagai isu tak sedap menerpa tiap detik. Sebagai contoh, di Padang setelah gempa 7,6 SR tersebut, rakyat diterpa isu bahwa akan terjadi gempa yang lebih dahsyat alias mahadahsyat lagi. Maka, rakyat pun berlarian bagai daun di tiup angin kencang di musim kemarau panjang. Melayang tak tentu arah diliputi rasa penuh takut. Rakyat lagi yang susah, kan?

Kata orang yang beriman, bencana adalah cobaan. Jadi, kita harus pasrah dan memohon ampunan dari Allah, Tuhan seru sekalian alam dan pemilik semua cobaan yang ada. Kata para ahli kegempaan, bencana ini adalah hal yang alami alias sunnatullah yang tak dapat dihindari. Bagaimana kata rakyat? Jawab mereka: ”Mengapa kami harus mengalami bencana ini terus menerus? Kapan bencana akan pergi dari kehidupan kami?”

Kata saya: ”Tidakkah bencana dapat dideteksi satu jam sebelum kejadian?”

Jawab para ahli dan penguasa: ”Ya, tidak mungkinlah. Mustahil itu, seperti menegakkan benang basah. Ah, sampeyan ini ada-ada saja!”

So? Terima saja deh dengan tawakal.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama